Laporan biometrika hutan Contoh uji Wilcoxon
ANALISIS
PENGARUH KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN TERHADAP TSS (TOTAL SUSPENDED SOLID) DENGAN
UJI WILCOXON
Disusun
Oleh
Asy’ari
Suhud Akrami E14150002
Asisten
Praktikum
Gilang
Raihan E14130037
Maria
Ulfah E14130020
Siti
Mutmaina E14130008
Widya
Pradana E14130037
Dosen
Dr
Ir Budi Kuncahyo MS
DEPARTEMEN
MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS
KEHUTANAN
INSTITUT
PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Pada
tahun 2014 kasus kebakran hutan dan lahan meningkat dari tahun sebelumnya. Luas
hutan yang terbakar di Indonesia meningkat dari 4.918,74 ha menjadi 32.761,26
ha (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2014). Kebakaran hutan dan lahan
tentunya menyebabkan kerusakan hutan dan lahan yang pada akhirnya memberikan
dampak yang buruk terhadap kualitas udara dan air. Dampak tersebut dapat
dilihat melalui bencana kabut asap dan semakin keruhnya air sungai.
Salah satu indikator semakin buruknya kualitas air
sungai adalah semakin meningkatnya nilai TSS (Total Suspended Solid). Menurut Huda
(2009) dalam Agustira et al (2013),
TSS (Total Suspended Solid) atau total padatan tersuspensi adalah padatan
yang tersuspensi di dalam air berupa bahan-bahan organik dan anorganik yang
dapat disaring dengan kertas millipore berporipori 0,45 μm. Materi yang
tersuspensi mempunyai dampak buruk terhadap kualitas air karena mengurangi
penetrasi matahari ke dalam badan air, kekeruhan air meningkat yang menyebabkan
gangguan pertumbuhan bagi organisme produser.
Zat padat
tersuspensi (Total Suspended
Solid) adalah semua
zat padat (pasir, lumpur, dan tanah liat) atau partikel-partikel yang
tersuspensi dalam air dan dapat berupa komponen hidup (biotik) seperti
fitoplankton, zooplankton, bakteri, fungi, ataupun komponen mati (abiotik)
seperti detritus dan partikel-partikel anorganik. Zat padat tersuspensi
merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang heterogen, dan
berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal dan dapat
menghalangi kemampuan produksi zat organik di suatu perairan. Penetrasi cahaya
matahari ke permukaan dan bagian yang lebih dalam tidak berlangsung efektif
akibat terhalang oleh zat padat tersuspensi, sehingga fotosintesis tidak
berlangsung sempurna. Sebaran zat padat tersuspensi di laut antara lain dipengaruhi
oleh masukan yang berasal dari darat melalui aliran sungai, ataupun dari udara
dan perpindahan karena resuspensi endapan akibat pengikisan (Tarigan dan Edward
2003).
TSS dapat menjadi
indikator terjadinya erosi di daerah hulu DAS. Salah satu faktor yang
mempengaruhi erosi adalah vegetasi. Menurut Arsyad (1983) dalam Alie (2015), pengaruh
vegetasi terhadap aliran permukaan dan erosi dapat dibagi menjadi 4 (empat)
bagian, yaitu intersepsi hujan oleh tajuk tanaman, mempengaruhi kecepatan
aliran permukaan dan kekuatan perusak air, pengaruh akar dan kegiatan-kegiatan
biologi yang berhubungan dengan pertumbuhan vegetatif dan pengaruhnya terhadap
porositas tanah, dan transpirasi yang mengakibatkan keringnya tanah. Oleh
karena itu rusaknya hutan karena kebakaran kemungkinan memiliki pengaruh
terhadap nilai TSS.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan menguji
pengaruh kebakaran hutan di Indonesia terhadap nilai TSS.
METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada hari
Senin, 20 November 2017 di Teaching Lab PPKU Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam
praktikum ini adalah sofware Minitab18, data TSS tahun 2013 dan tahun 2014 di
setiap provinsi yang mengalami kebakaran hutan tahun 2014.
Metode
Pengambilan data
Data
TSS dan kebakaran hutan dan lahan di setiap provinsi di Indonesia diperoleh
dari data statistik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI tahun 2014.
Data yang diambil hanya data provinsi yang mengalami peningkatan kebakaran dari
tahun 2013 sampai 2014.
Pengolahan data
Hubungan antara terjadinya kebakaran
hutan dengan TSS diuji dengan uji Wilcoxon. Dihitung secara manual untuk
memperoleh nilai selisih dan menggunakan sofware Minitab untuk mendapatkan
nilai P-value dengan α = 0,05. Hipotesis ujinya sebagai berikut,
H0 : Kebakaran tidak memiliki pengaruh berarti terhadap TSS (W+ =
W-)
H1 : Kebakaran hutan memiliki pengaruh berarti terhadapTSS (W+ ≠
W-)
Perhitungan manual
Prosedur perhitungan manual sebagai berikut,
1. Tentukan selisih dan besarnya.
2. Urutkan selisih (tanpa memperhatikan tanda). Ranking 1 diberikan
pada selisih terkecil, urutan 2 pada selisih terkecil berikutnya. Bila 2 atau lebih
selisih nilai mutlaknya sama, maka masing-masing diberi rangking sama dengan
rata-rata urutan.
3. Pisahkan tanda selisih positif dan negatif.
4. Jumlahkan semua angka positif dan negatif
5. Nilai terkecil dari nilai absolut hasil penjumlahan selisih adalah
nilai T0.
Perhitungan dengan sofware Minitab
Prosedur dengan Minitab Sebagai berikut,
1. Pilih
menu Stat, kemudian pilih Nonparametric, kemudian pilih 1-sample Wilcoxon.
2. Masukkan
variabel dengan selisih (X2-X1).
3. Tekan
OK
Dasar pengambilan keputusan
Jika Wilcoxon hitung (T0) < Wilcoxon tabel, H0 ditolak
Jika Wilcoxon hitung (T0) > Wilcoxon tabel, H0 diterima
Jika P < 0,05, H0 ditolak
Jika P > 0,05, H0 diterima
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1 Daftar
nilai TSS provinsi yang mengalami kebakaran pada tahun 2014
N0
|
Provinsi
|
TSS (Mg/liter) Sebelum Kebakaran (2013)
|
TSS (Mg/liter) Setelah Kebakaran (2014)
|
Selisih
|
Rangking
|
Rangking +
|
Ranking -
|
1
|
Aceh
|
31,12
|
47,03
|
15,91
|
12
|
12
|
|
2
|
Sumatera Utara
|
11,43
|
31,63
|
20,2
|
15
|
15
|
|
3
|
Sumatera Barat
|
61,81
|
49,98
|
-11,83
|
7
|
|
-7
|
4
|
Riau
|
55,1
|
36,89
|
-18,21
|
14
|
|
-14
|
5
|
Jambi
|
18,86
|
23,18
|
4,32
|
2
|
2
|
|
6
|
Sumatera Selatan
|
18,72
|
19,49
|
0,77
|
1
|
1
|
|
7
|
Lampung
|
18,54
|
23,18
|
4,64
|
3
|
3
|
|
8
|
Banten
|
111,24
|
2558,12
|
2446,88
|
22
|
22
|
|
9
|
Jawa Tengah
|
67,37
|
40,7
|
-26,67
|
18
|
|
-18
|
10
|
Yogyakarta
|
31,48
|
38,93
|
7,45
|
4
|
4
|
|
11
|
NTB
|
37,62
|
25,92
|
-11,7
|
6
|
|
-6
|
12
|
NTT
|
9,18
|
39,65
|
30,47
|
19
|
19
|
|
13
|
Kalimantan Barat
|
42,26
|
27,36
|
-14,9
|
11
|
|
-11
|
14
|
Kalimantan Tengah
|
157,86
|
78,62
|
-79,24
|
21
|
|
-21
|
15
|
Kalimantan Timur
|
51,43
|
36,58
|
-14,85
|
10
|
|
-10
|
16
|
Sulawesi Selatan
|
137,11
|
113,91
|
-23,2
|
16
|
|
-16
|
17
|
Sulawesi
Tengah
|
14,5
|
69,71
|
55,21
|
20
|
20
|
|
18
|
Sulawesi Tenggara
|
73,48
|
85,33
|
11,85
|
8
|
8
|
|
19
|
Sulawesi Utara
|
40,95
|
30,15
|
-10,8
|
5
|
|
-5
|
20
|
Maluku
|
49,32
|
22,89
|
-26,43
|
17
|
|
-17
|
21
|
Maluku Utara
|
18,86
|
31,71
|
12,85
|
9
|
9
|
|
22
|
Papua
|
94,1
|
76,51
|
-17,59
|
13
|
|
-17
|
Total
|
115
|
-142
|
Uji Wilcoxon
merupakan salah satu uji dua sampel berhubungan (dependent). Uji Wilcoxon sebagai penyempurnaan uji tanda diperkenalkan
pertama kali oleh Frank Wilcoxon. Selain memperhatikan + dan -, uji ini
juga memperhatikan besarnya beda atau selisih (Andriani 2014). Hasil Perhitungan T0 menghasilkan nilai Wilcoxon hitung sebesar
115 yang merupakan hasil penjumlahan dari nilai terkecil dari nilai
absolut hasil penjumlahan selisih.
Tabel 2 Hasil uji Wilcoxon Dengan Minitab
Sample
|
N for test
|
Wicolxon Statistic
|
P-value
|
Selisih
|
22
|
115
|
0,721
|
Uji Wilcoxon
menunjukkan kebakaran hutan dan lahan tidak berpengaruh nyata berarti terhadap Total
Suspended Solid (TSS). Dibuktikan dengan nilai Wilcoxon hitung (115) lebih
besar dari Wilcoxon tabel yaitu (75). Selain
itu, nilai P-value yang dihasilkan (0,721) lebih besar dari α (0,05).
Dengan begitu Hipotesis yang diambil adalah terima H0. Jika dilihat secara
langsung dari data TSS, data TSS menunjukkan adanya TSS yang meningkat dan ada
yang menurun setelah terjadinya peningkatan kebakaran dengan jumlah selisih
positif dan selisih negatif yang hampir sama yaitu 10 untuk selisih
positif dan 12 untuk selisih negatif.
Berdasarkan hasil uji
tersebut kebakaran hutan dan lahan tidak berpengaruh terhadap TSS. Hal ini
disebabkan karena kemungkinan adanya faktor lain diluar kebakaran yang ikut
mempengaruhi TSS. Kebakaran hutan pada dasararnya menyebabkan peningkatan
potensi erosi karena lahan hutan terbuka. Selain itu partikel abu kebakaran
menyebabkan air semakin keruh. Akan tetapi apabila pada saat yang sama ada
faktor lain yang ikut mengambil peran
maka akibat dari kebakaran hutan terhadap TSS menjadi tidak terlihat.
Peningkatan nilai TSS bisa jadi merupakan dampak faktor yang saling mendukung,
sedangkan nilai TSS yang menurun bisa jadi merupakan dampak dari faktor yang
bertolak belakang.
Adanya faktor luar
yang mempengaruhi uji ini disebabkan karena cakupan wilayah yang diuji luas
yaitu TSS dalam satu provinsi. Apabila cakupan wilayah diperkecil seperti TSS dalam
satu DAS yang mengalami kebakaran hutan, kemungkinan dampak kebakaran terhadap
TSS dapat terlihat. Hal ini juga menunjukkan bahwa untuk meningkatkan kualitas
air dalam skala yang luas tidak bisa
hanya memperhatikan satu faktor saja. Oleh karena itu untuk melihat dampak dari
kebakaran hutan terhadap TSS diperlukan area yang tidak terlalu luas untuk
diuji atau dapat menggunakan uji lain
yang mengikutsertakan semua faktor yang
berhubungan dengan TSS.
PENUTUP
Keimpulan
Kebakaran hutan dan
lahan di beberapa Provinsi di Indonesia tidak mempengaruhi Total Suspended
Solid (TSS) berdasarkan uji Wilcoxon. Pengaruh kebakaran hutan tidak dapat
terlihat karena luasnya area yang diuji sehingga banyak faktor lain yang ikut
berpengaruh. Olehkarena itu untuk melihat pengaruh kebakaran hutan terhadap
TSS, luas area yang diuji harus diperkecil atau dapat menggunakan uji lain.
DAFTAR PUSTAKA
Alie M E R. 2015. Kajian erosi lahan
pada DAS Dawas Kabupaten Musi Banyuasin – Sumatera Selatan. Jurnal Teknik
Sipil dan Lingkungan Vol. 3(1): 749-754
Andriani D P. 2014. Statistik
Non Parametrik. Malang. UB Press
Agustira R, Lubis K S, Jamilah.
2013. Kajian karakteristik kimia air,
fisika air dan debit sungai pada kawasan DAS Padang akibat pembuangan limbah
tapioka. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1(3): 615-625
Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan. 2015. Statistik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2014.
Jakarta
Tarigan dan
Edward. (2003). Kandungan total
zat padat tersuspensi (total suspended solid) di perairan Raha, Sulawesi Tenggara. MAKARA, SAINS, Vol. 7 (3): 109-119.
Komentar
Posting Komentar