Laporan Praktikum Pengaruh Ukuran Bahan Bakar Terhadap Lama Penyalaan
Mata Kuliah : Perlindungan Hutan
Hari/tanggal : Rabu, 10 Mei 2017
Kelas :
Manajemen hutan rabu pagi
PENGARUH UKURAN
BAHAN BAKAR TERHADAP LAMA PENYALAAN
KELOMPOK 1
Nama/NIM **********
DOSEN
Ati Dwi Nurhayati,
S.Hut., M.Si.
ASISTEN
Lutfiah Surayah,
S.Hut.
Amirah Agharid N.
Hrp., S.Hut.
DEPARTEMEN
SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN
BOGOR
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Salah
satu unsur segitiga api adalah bahan bakar. Karena itu karakteristik bahan
bakar akan sangat mempengaruhi proses pembakaran. Karaktristiik bahan bakar itu
terdiri dari potensi bahan bakar, kadar air bahan bakar, ketebalan atau kedalaman
bahan bakar, susunan bahan bakar, ukuran bahan bakar, tipe dan jenis bahan
bakar (Ekawati, 2001)
Salah
satu karaktristik bahan bakar adalah ukuran bahan bakar. Ukuran bahan bakar
dilihat dari segi bentuk jenis bahan bakar, tergolong halus atau kasar. Bentuk
bahan bakar seperti lempengan, balok atau serbuk. Pada kebakaran hutan, bahan
bakar halus seperti serasah lebih mudah terbakar dari pada bahan bakar kasar
seperti batang pohon (Ekawati, 2001). Pada
praktikum ini, akan dilihat bagaimana pengaruh ukuran bhan bakar terhadap
proses pembakaran khususnya lama penyalaan.
1.2 Tujuan
Praktikum
ini bertujuan untuk melihat pengaruh ukuran bahan bakar terhadap proses pembakaran
khususnya lama penyalaan .
BAB II
BAHAN DAN METODE
2.1 Alat dan Bahan
Korek
api, bunsen, kaki tiga, kasa, 5 gram serutan kayu, 3 balok kecil kayu, alat
penghitung waktu.
2.2 Metode
1.
Siapkan
alat dan bahan
2.
Untuk
pembakaran serutan kayu, letakkan serutan kayu diatas kasa.
3.
Nyalakan
bunsen, kemudian hitung waktu yang dibutuhkan serutan kayu hingga menyala.
4.
Jika
serutan kayu sudah menyala, matikan bunsen kemudian hitung waktu hingga api
pada serutan kayu benar-benar padam.
5.
Amati
perubahan pada serutan kayu, tentukan jumlah serutan kayu yang terbakar menjadi
arang atau abu.
6.
Lakukan
hal yang sama terhadap balok kayu.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 Hasil
Tabel 1 Hasil pembakaran serutan kayu dan
balok kayu
Jenis ukuran bahan bakar
|
ulangan
|
lama waktu penyulutan
hingga bahan bakar menyala
|
lama penyalaan
|
Keterangan
|
serutan
|
1
|
40,98
|
266
|
100% terbakar,
menghasilkan abu dan arang
|
2
|
19,54
|
341,07
|
65% terbakar, sebagian
menjadi arang.
|
|
3
|
27,03
|
468,24
|
100% terbakar,
menghasilkan abu dan arang
|
|
Rata-rata
|
29,18
|
358,43
|
||
balok
|
1
|
104,17
|
161,8
|
45% terbakar
|
2
|
49,42
|
93,2
|
35% terbakar
|
|
3
|
63,21
|
66,7
|
30% terbakar
|
|
Rata-rata
|
72,26
|
107,23
|
2.2 Pembahasan
Bahan
bakar merupakan salah satu unsur segitiga api. Karena itu karaktristik bahan
bakar sangat berpengaruh terhadap proses pembakaran. Salah satu karaktristik
bahan bakar adalah ukuran bahan bakar (halus kasarnya bahan bakar). Ukuran
bahan bakar mempengaruhi proses pembakaran dalam hal penguapan air dan zat
ekstraktif, penyerapan dan transfer panas.
Pengaruh ukuran
bahan bakar tampak jelas pada praktikum ini. Bahan bakar yang berupa serutan
lebih cepat menyala dari pada bahan bakar yang berbentuk balok. Serutan kayu
dapat digolongkan ke dalam bahan bakar halus. Menurut Purbowaseso (2000) dalam
Naemah (2011), Bahan bakar yang halus akan mudah dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya,
mudah mengering. Api akan semakin cepat menjalar bila luas permukaan bahan
bakar semakin besar. Hal itu dibuktikan dengan waktu yang dibutuhkan serutan
kayu untuk menyala lebih cepat dari balok kayu. Pada tahap pre-ignition (sebelum
penyalaan), proses pyrolisasi (pelepasan air dan gas yang mudah terbakar) lebih
cebat karena luas permukaan yang menerima pengaruh lingkungan lebih luas
(Thoha, 2008). Pembakaran juga tidak terlepas dari pengaruh ketersediaan
oksigen.
Dilihat dari
jumlah bagian yang terbakar, bagian serutan kayu lebih banyak terbakar dibandingkan
dengan balok kayu. Itu terjadi karena adanya pengaruh dari ketersediaan
oksigen. Serutan kayu memiliki peluang yang lebih besar untuk berintraksi
dengan oksigen karena ukurannya yang pipih. Pada balok kayu, untuk membakar
semua bagian balok kayu, bagian luar kayu harus terlebih dahulu terbakar agar
bagian dalam balok dapat berinteraksi dengan oksigen. Karena itulah setelah api
pada balok kayu padam, yang terbakar hanya bagian luar balok kayu dan bagian
balok kayu belum terbakar.
Ukuran bahan bakar
juga mempengaruhi fase dominan pada proses pembakaran. Pada serutan kayu, fase
yang dominan adalah fase flaming. Fase ini ditandai oleh terbentuknya
kobaran api yang menghabiskan serutan kayu dalam waktu singkat. Setelah itu,
fase pembakaran dilanjudkan dengan fase smoldering dan glowing yang
menghasilkan arang dan abu. Waktu yang diperlukan dua fase tersebut cukup lama
untuk meghabiskan sisa pembakaran dari fase flaming. Olehkarena itu,
waktu penyalaan serutan kayu lebih lama karena adanya kedua fase tersebut. Pada
pembakaran balok kayu, fase yang dominan adalah fase smoldering karena
fase flaming hanya menghabiskan bagian luar dari balok kayu sehingga
kobaran api lebih cepat padam. Untuk bagian dalam balok kayu, fase smoldering
menjadi dominan karena terbatasnya aliran oksigen (Thoha, 2008). Api kemudian
padam setelah tidak ada kontak lagi dengan oksigen dan panas yang dihasilkan
tidak cukup. Olehkarena itu, penyalaan balok kayu lebih cepat padam karena
terbatasnya unsur segitiga api sebagai akibat dari ukuran bahan bakar tersebut.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Ukuran
bahan bakar mempengaruhi peroses pembakaran dalam hal kecepatan penyalaan, lama
penyalaan, jumlah bahan bakar yang
terbakar dan fase pembakaran yang dominan pada proses pembakaran. Bahan bakar
yang lebih halus lebih cepat menyala, lebih lama dalam penyalaan, jumlah bahan
bakar yang terbakar lebih banyak dan
fase flaming lebih dominan sedangkan bahan bakar yang kasar butuh waktu
yang lama untuk menyala, lebih cepat dalam penyalaan, jumlah bahan bakar yang
terbakar lebih kecil, dan fase yang dominan adalah fase smoldering.
Daftar Pustaka
Ekawati D,Y. 2001.
Karakteristik dan falammabilitas bahan bakar permukaan pada areal persiapan
lahan di hutan sekunder di Jasinga .Bogor (ID) :
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Naemah D. Identifikasi sumber api penyebab kebakaran, Riam Kanan
Kalimantan Selatan Banjar Baru
(ID) : Fakultas Kehutanan, Universitas Lambung Mangkurat.
Thoha A,S. 2008. Keterkaitan Iklim Mikro dengan Perilaku Api pada
Kebakaran Hutan. Sumatera Selatan : USU Repository.
Komentar
Posting Komentar